Ilustrasi foto kekeringan

LOMBOKita – Sebanyak 12 Desa di Kecamatan Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, dilanda kekeringan parah yang mengakibatkan warga setempat kekurangan air bersih.

“Memang kalau sudah masuk musim kemarau seperti saat ini, warga kami selalu kekurangan air bersih,” kata Camat Jerowaru Lalu Muhammad Zulkifli di Jerowaru, Rabu.

Di Kecamatan Jerowaru terdapat 15 desa. Namun 12 desa yang paling parah mengalami kekeringan, yakni Desa Jerowaru, Paremas, Pemongkong, Sekaroh, Ekas Buana, Kwang Rungdun, Seriwe, Wakan, Batu Nampar Induk, Pandan Wangi, Pene, dan Batu Nampar Selatan.

“Itu memang wilayah yang sering mengalami kekeringan dan kekurangan air bersih,” ujarnya.

Kata dia, total penduduk di Kecamatan Jerowaru sebanyak 61 ribu jiwa. Dengan jumlah penduduk yang terkena dampak kekeringan sebanyak 45 ribu jiwa.

Dikatakan Zulkifli, kekeringan yang melanda wilayah tersebut sudah terjadi sejak bulan Juli dan diperkirakan puncaknya akan terjadi pada Oktober atau Nopember 2017.

“Selama belum ada hujan turun selama itu juga kami mengalami kekeringan,” ucapnya.

Zulkifli menuturkan, selama ini jika musim kemarau tiba, warga di tempat itu sangat bergantung pada suplai air bersih yang disalurkan pemerintah Kabupaten Lombok Timur dan Pemerintah Provinsi NTB melalui sejumlah mobil tangki air. Kalaupun tidak ada suplai, warga akan membeli atau mencari air di luar kecamatan Jerowaru.

Hanya saja, kebutuhan air tersebut bisa dipakai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti makan dan minum. Sedangkan, untuk mandi masyarakat sudah tidak bisa berharap dari suplai air bersih yang diberikan pemerintah. Sementara, untuk air pertanian praktis sudah tidak ada.

“Sekali drouping bisa sampai 300 ribuan liter air untuk dibagi kepada warga di 12 desa. Tapi itu untuk satu kali droping. Nanti warga membagi masing-masing air, ada 20 liter dengan harga Rp4 ribu,” terangnya.


Berita kekeringan lainnya: 82 Desa di Lombok Tengah Kekurangan Air Bersih


Menurut dia, sebenarnya sudah ada upaya dari pemerintah daerah untuk mengatasi persoalan air di tempat itu, selain suplai air bersih. Salah satunya dengan mengalirkan air dari Bendungan Pandan Duri ke Kecamatan Jerowaru. Tapi, tidak seberapa debit air yang akan di suplai untuk wilayah itu.

“Rencananya tahun ini akan dilakukan pemerintah daerah bersama Balai Wilayah Sungai (BWS), tapi itupun sampai sekarang belum ada realisasi,” ungkapnya.

Ia menambahkan, kalaupun membangun sumur bor, maka air yang keluar terasa asin, mengingat posisi Kecamatan Jerowaru berbatasan langsung dengan pantai.

“Kalau ngebor air terlalu dalam asin, terlalu dangkal tidak ada air, itu menjadi persoalan sehingga penggunaan sumur bor menjadi tidak efektif,” katanya.

Lebih lanjut, kata Zulkifli, meski selalu dilanda kekeringan warga setempat sejauh ini belum pernah mengeluhkan gangguan kesehatan.

“Alhamdulillah kami tetap dilindungi, meski terjadi kekeringan dan kekurangan air bersih,” tegasnya.

Walaupun begitu pihaknya berharap, agar ada solusi yang lebih efektif mengatasi persoalan kekeringan di wilayah tersebut. Karena, meski masyarakat terbiasa alami keringan. Paling tidak ada upaya nyata untuk mengatasi persoalan kekeringan di tempat itu. “Untuk mandi besar saja warga kami sulit,” tandas Zulkifli.