Hewan kurban
Ilustrasi hewan kurban

LOMBOKita – Tim pemeriksa kesehatan hewan kurban Dinas Pertanian Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, menemukan belasan kasus penyakit mata hewan kurban yang dijual di puluhan titik kota itu.

Kepala Dinas Pertanian Kota Mataram H Mutawalli yang ditemui di sela melakukan pemantauan kesehatan hewan kurban di Jalan Udayana dan Jalan Dakota di Mataram, Kamis, mengatakan, penyakit mata yang ada pada hewan kurban disebabkan debu.

“Hewan kurban dijajakan pedagang di pinggir jalan tanpa alas sehingga hewan kurban mudah terkena debu dan polusi. Sama seperti manusia,” ujarnya.

Karenanya, selain penyakit mata juga ditemukan hewan kurban yang mengidap penyakit flu, batuk dan penyakit gatal-gatal atau koreng.

Menangani temuan itu, sebanyak 70 tim pemeriksa kesehatan hewan kurban yang terdebar dienam kecamatan telah memberikan obat kepada hewan kurban yang ditemukan mengidap penyakit mata, flu, batuk dan koreng.

“Bahkan petugas kami langsung mengobati hewan kurban tersebut, agar bisa segera sembuh. Kalau pedagang rajin memberikan obat, sehari hewan kurban yang sakit itu sudah bisa sehat,” katanya.

Sejauh ini, katanya, temuan penyakit hewan kurban masih sebatas itu dan bisa diobati. Daging kurbanya juga tidak membahayakan apabila dikonsumsi.

“Kecuali, apabila hewan kurban itu flu hingga mengeluarkan lendir, barulah berbahaya dan perlu mendapat perawatan khusus agar tidak menular ke hewan lainnya,” kata Mutawalli yang dampingi Kepala Bidang Pernakan Dinas Pertanian drh Dyan Riatmoko.

Terkait dengan itu, pihaknya mengimbau kepada masyarakat agar pantai-pandai memilih hewan kurban yang sudah memenuhi syarat untuk berkurban dan sehat.

Sementara menyinggung tentang penyakit antraks, drh Dyan Riatmoko nambahkan, meskipun penyakit antraks tidak pernah ada sejak tahun 1980, namun tetap diantisipasi.

Adapun langkah antisipasi yang dilakukan salah satunya dengan melihat asal ternak dan harus memiliki izin jika itu berasal dari luar pulau.

Penyakit antraks, katanya, tidak ditunjukkan dengan gejala akut, karena ternak yang terlihat sehat belum tentu bebas antraks.

“Ternak yang terkena antraks bisa tiba-tiba roboh dan kejang-kejang. Jadi gejala awalnya itu tidak terlihat,” katanya.

Oleh karena itu, tambahnya, penyakit antranks ini harus diwaspadai walaupun belum pernah ada kasus.

Kegiatan pemeriksaan kesehatan hewan kurban akan dilaksanakan hingga H+3 Idul Adha 1438 Hijriah.