
LOMBOKita – Sales Eksekutif Elpiji Rayon IX PT Pertamina, Firdaus Sustanto mengaku belum mendapatkan kepastian kapan pembangunan depo mini elpiji di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat mulai dibangun.
“Saya belum dapat kepastian dari pusat kapan proyeknya dimulai,” kata Firdaus di sela peringatan Hari Pelanggan di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Pagesangan, di Mataram, Senin.
Ia mengaku hanya mendapatkan informasi mengenai perusahaan pemenang tender proyek, yakni PT Patra Niaga, salah satu anak perusahaan PT Pertamina.
“Proses tender sudah selesai, tapi saya belum tahu pasti kapan akan dimulai proses pembangunan,” ujarnya.
Dari informasi yang diperoleh, kata dia, proses pembangunan justru dihadapkan pada persoalan lahan. Pasalnya, lokasi pembangunan dipindahkan sekitar tiga kilometer dari lokasi semula, namun masih dalam wilayah Kecamatan Lembar atau dekat dengan Pelabuhan Lembar.
Luas lahan yang dibutuhkan untuk pembangunan depo mini elpiji tersebut mencapai satu hektare. Proses pembebasan lahan juga belum sepenuhnya dilakukan.
“Lokasi semula dinilai tidak cocok karena dekat dengan pegunungan. Jadi dipindah ke arah barat. Mungkin juga mencari lokasi perairan yang lebih dalam untuk keamanan kapal saat sandar di dermaga,” ucapnya pula.
Ia mengatakan perencanaan pembangunan depo mini elpiji berkapasitas 2 x 1.500 metriks ton di Pulau Lombok, sudah ada sejak era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Pemerintah ingin membangun infrastruktur tersebut untuk menjaga ketahanan stok bahan bakar gas di lima kabupaten/kota di Pulau Lombok, NTB, yang sudah melakukan konversi bahan bakar minyak (BBM) jenis minyak tanah ke gas bersubsidi.
Saat ini, kebutuhan elpiji untuk wilayah Pulau Lombok masih dipasok menggunakan mobil tangki dari TBBM Manggis, Bali, sebesar 220 metriks ton per hari.
Jumlah pasokan tersebut hanya cukup untuk ketahanan stok selama tiga hari sesuai dengan kondisi fasilitas ketahanan stasiun pengangkutan dan pengisian bulk elpiji (SPPBE) di Pulau Lombok.
Menurut Firdaus, depo mini elpiji semestinya memang sudah dibangun karena progran konversi BBM minyak tanah ke gas bersubsidi di Pulau Sumbawa, NTB, akan dimulai pada 2018.
Dengan adanya depo mini elpiji di Pulau Lombok, maka bisa menekan biaya pengangkutan bahan bakar gas untuk wilayah Pulau Sumbawa, karena tidak perlu lagi dipasok dari depo Pertamina di luar NTB.
“Tapi saya belum tahu pasti kapan dibangun. Nanti saya coba cari informasi kembali,” katanya.