Ilustrasi Hujan. Foto: Shutterstock

Juni 2022, pertengahan tahun yang cukup basah di wilayah Indonesia khususnya di wilayah Nusa Tenggara (NTB) Barat membuat banyak pertanyaan bagi masyarakat. Secara normalnya, bulan Juni seluruh wilayah NTB sudah cukup kering atau mengalami pengurangan curah hujan yang cukup signifikan dan masyarakat bersiap bahkan sudah berada pada musim kemarau. Tetapi, pada kenyataannya, curah hujan tahun ini, mulai dari bulan Mei hingga pertengahan bulan Juni ini, masih cukup tinggi.

Fenomena apa yang membuat tahun 2022 cukup basah di bandingkan tahun-tahun sebelumnya?

Fenomena Global
La Nina sempat menguat : Pada awal tahun 2022 kondisi fenomena cuaca dan iklim global memang sudah terpantau berada dalam kondisi La Nina. Walaupun demikian indeks La Nina masih berada dalam kodisi La Nina Lemah bahkan menuju kondisi normalnya. Tetapi seiring waktu menuju pertengahan tahun ini, fenomena La Nina berada diantara La Nina Moderat hingga La Nina Lemah (update terkini).

Seperti yang kita tahu, bahwa fenomena La Nina adalah fenomena memanasnya suhu muka laut di samudera Pasifik bagian barat hingga tengah yang imbasnya akan meningkatkan pertumbuhan awan hujan khususnya di wilayah Indonesia Timur dan Indonesia Tengah termasuk di wilayah NTB. Sehingga wajar saja jika memang peningkatan curah hujan terjadi cukup signifikan pada beberapa waktu belakangan ini.

Menelisik Lebih Sempit
Fenomena global seperti La Nina memanglah menjadi salah satu penyebab meningkatnya curah hujan di NTB, tetapi fenomena tersebut haruslah didukung dengan kondisi cuaca dan iklim regional dan lokal yang juga menjadi pemicu meningkatnya curah hujan ini. Menelisik ke area yang lebih sempit dengan melihat kondisi angin baik angin zonal (angin yang bertiup dengan arah Timur-Barat dan sebaliknya) dan juga angin meridional (angin yang bergerak Utara-Selatan dan sebaliknya).

Pantauan BMKG, angin zonal yang terjadi pada awal hingga pertengahan Juni memang bergerak dari arah timuran, seperti umumnya terjadi pada saat bulan-bulan musim kemarau. Tetapi jika dilihat dari kekuatannya, angin timuran bulan ini tidaklah sekuat pada kondisi normalnya. Artinya memang bulan Juni tahun ini tidak sekering seperti biasanya yang dilewati angin timuran dari dataran Australia yang kering dan dingin pada pertengahan tahun. Ternyata, gangguan angin ini disebabkan adanya pusaran angin di wilayah dataran Australia dan juga wilayah lautan di timur benua Australia yang melemahkan pergerakan angin timuran.

Angin meridional yang bergerak Utara-Selatan juga menunjukkan kondisi diluar kebiasaan atau normalnya. Pada awal hingga pertengahn Juni angin yang bergerak dominan berasal dari Utara atau dari wilayah Asia. Dorongan angin utara ini cukup membawa uap air dari lautan sehingga wilayah Indonesia banyak mendapat asupan uap air pembentuk awan-awan hujan. Padahal, secara normalnya bulan Juni adalah bulan dimana angin bergerak dari arah Selatan.

Dukungan kondisi regional tidak cukup sampai disitu. Suhu perairan di wilayah Indonesia ternyata cukup hangat khususnya di lautan selatan Jawa, Bali hingga Nusa Tenggara. Anomali suhu permukaan laut ternyatat mencapai +2°C di lautan selatan Indonesia. Artinya suhu laut memanas lebih dari 2°C. Suhu laut yang memanas akan menghasilkan banyaknya uap air di wilayah tersebut.

Bagaimana tidak akan panen awan hujan? Fenomena La Nina yang menguat, angin timuran yang seharusnya menguat seiring menuju puncak musim kemarau ternyata menjadi melemah, angin meridional utara merangsek masuk ke Indonesia dan suhu permukaan laut di wilayah selatan Indonesia yang menghangat. Wajar bila bulan Juni tahun ini wilayah NTB cukup basah dibandingkan dengan normalnya.

Sampai kapan?
Setelah penjelasan panjang lebar tentang penyebab terjadinya peningkatan curah hujan di wilayah NTB pada bulan Mei hingga Juni ini, masyarakat pastinya akan bertanya pertanyaan pamungkasnya “Sampai kapan kondisi seperti ini terjadi?”

Berdasarkan prediksi yang telah BMKG lakukan fenomena La Nina masih akan berlanjut hingga akhir tahun 2022 dengan intensitas atau kekuatan berada pada kondisi moderat hingga lemah. Sedangkan untuk angin, bulan Juli akan mengalami peningkatan kekuatan angin timuran seiring masuknya puncak musim kemarau di wilayah NTB. Suhu muka laut di wilayah Indonesia juga diprediksi masih cukup hangat hingga akhir tahun, sehingga sebenarnya potensi curah hujan masih ada tetapi potensinya akan melemah jika angin timuran sesuai dengan prediksi yang dikeluarkan yaitu menguat pada bulan Juli.

Oleh karena sifat cuaca dan iklim yang sangat dinamis dan berkaitan satu sama lain, pengamatan, monitoring dan analisis terus dilakukan untuk memperbaharui informasi dan diseminasi kepada masyarakat. Pentingnya untuk tetap memantau informasi yang dikeluarkan oleh BMKG agar mendapatkan analisis dan prakiraan cuaca dan iklim yang tepat.

Selain itu, musim kemarau 2022 yang diiringi dengan aktifnya fenomena La Nina meningkatkan potensi cuaca ekstrim seperti hujan lebat dan angin kencang. Masyarakat diharapkan tetap waspada dalam setiap aktifitas dan tetap menjaga stamina. Peningkatan curah hujan pada waktu sekarang ini tidaklah cukup buruk, dengan melimpahnya curah hujan masyarakat dapat melakukan kegiatan panen air hujan atau melakukan penampungan air hujan guna mengantisipasi puncak musim kemarau pada bulan-bulan ke depan.