Sapi NTB
Ilustrasi pelihara sapi

LOMBOKita – Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat menargetkan transaksi perdagangan sapi potong antarpulau ke berbagai provinsi sebanyak 35.000 ekor pada 2017.

“Target tahun ini sama dengan tahun sebelumnya meskipun realisasinya hanya 15.000 ekor,” kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Nusa Tenggara Barat (NTB) H Aminurrahman, di Mataram, Senin.

Ia menyebutkan beberapa provinsi yang menjadi daerah pemasok, seperti Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Jawa Barat, dan Jawa Timur.

Permintaan sapi potong tersebut datang dari kalangan pengusaha luar daerah yang memiliki jaringan kemitraan dengan pengusaha di NTB.

Bahkan, kata Aminurrahman, anggota Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur, menginginkan pasokan sapi dari NTB sebanyak 600 ekor dalam satu tahun. Hal itu sudah disampaikan pada saat mengadakan pertemuan dagang dengan Pemerintah Provinsi NTB beberapa waktu lalu.

“NTB siap memasok berapa pun permintaan dari provinsi lain. Kita punya potensi sapi potong mencapai 130.000 ekor per tahun,” ujarnya.

Selain sapi potong, Pemprov NTB juga menargetkan transaksi perdagangan sapi bibit antarpulau sebanyak 10.000 ekor pada 2017.

Menurut Aminurrahman, pengiriman sapi bibit setiap tahun lebih banyak ke provinsi di Pulau Kalimantan. Selain itu, ke Sumatera Selatan, Provinsi Kepulauan Riau, dan Bangka Belitung.

Permintaannya tidak hanya dari kalangan pengusaha, tapi juga masyarakat secara individu yang memiliki lahan perkebunan sawit.

Ia menambahkan permintaan sapi bibit dari berbagai provinsi relatif banyak. Namun, pihaknya tetap membatasi di kisaran 10 ribu ekor per tahun untuk menjaga ketersediaan populasi di dalam daerah.

“Sapi bibit ras bali dari NTB cukup diminati. Mungkin karena sudah terkenal bebas penyakit berbahaya,” ucapnya pula.

Melihat peluang pasar tersebut, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan NTB terus menggenjot jumlah populasi ternak ruminansia, baik sapi maupun kerbau.

Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan memanfaatkan teknologi inseminasi buatan, di mana sperma beku sapi jantan diproduksi di Balai Inseminasi Buatan Daerah (BIBD) Banyumulek, Kabupaten Lombok Barat.

Upaya lain yang dilakukan adalah dengan mencegah pemotongan sapi betina produktif, baik di rumah potong hewan maupun di tingkat masyarakat.

“Pencegahan pemotongan sapi betina produktif sudah diatur dalam peraturan daerah. Kami juga menjalin kerja sama dengan kepolisian,” kata Aminurrahman. ant