
LOMBOKita – Pengamat ekonomi Nusa Tenggara Timur Dr James Adam, MBA, mengatakan optimistis ekonomi Indonesia akan tumbuh 5,3-5,7 persen pada 2019, di mana saat itu manfaat ekonomi dari reformasi struktural yang saat ini sedang berjalan, akan terasa signifikan.
“Saya optimistis 2019 ekonomi nasional akan tumbuh hingga mencapai angka 5,7 persen didorong oleh produktivitas investasi dan infrastruktur akan sangat menggeliat, akselerasi pertumbuhan akan lebih cepat,” katanya di Kupang, Selasa, terkait Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Nusa Tenggara Timur Agustus 2017.
Apalagi katanya di usianya yang ke 72 tahun Indonesia menegaskan kembali komitmen bagi pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, perkembangan sosial, stabilitas politik, pemerintahan yang baik serta dukungan dan perlindungan HAM.
“Didorong oleh semangat partisipasi yang konstruktif, tema HUT RI tahun ini adalah bekerja bersama menuju Indonesia yang adil, maju, sejahtera dan damai,” katanya.
Ia mengatgakan semuanya ini juga didukung asumsi indikator makro ekonomi Indonesia mendatang berdasarkan patokan nilai tukar dolar, tingkat inflasi, harga minyak, lifting minyak, tingkat pertumbuhan ekonomi diperkirakan membaik.
Membaiknya indikator makro ekonomi Indonesia mendatang tidak hanya berdasarkan patokan nilai tukar dolar, tingkat inflasi, harga minyak, lifting minyak secara nasional dan global, tetapi lebih dari itu adanya pengembangan ekonomi lokal mendukung kinerja pertumbuhan ekonomi nasional,” katanya.
Anggota IFAD (International Fund for Agricultural Development) mengatakan jika merujuk pada indeks rasio gini Indonesia, yang mengukur tingkat kesenjangan ekonomi, terus membaik dan mencapai 0,393 di bulan Maret 2017, turun dibandingkan dengan angka bulan September 2014 yaitu 0,414.
Angka inflasi nasional juga terkendali di tingkat 2,6 persen dari Januari hingga Juli 2017. Bahkan di Mei 2017, yaitu menjelang bulan puasa, tercatat inflasi kita hanya sebesar 0,39 persen.
Hal ini ditambah lagi dengan pertumbuhan ekonomi yang terus dijaga agar berkualitas dan berkeadilan dan berada pada rata-rata 5 persen pertahun pada periode 2014-2016, bukan hanya dinikmati oleh segelintir orang tapi bisa dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia.
Ke depan, kata dia pertumbuhan ekonomi dalam konteks lokal di Provinsi NTT seperti triwulan IV 2017 diperkirakan tumbuh pada rentang 5,1-5,5 persen (yoy). Sementara perkembangan pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT sepanjang tahun 2017 diperkirakan berada pada rentang proyeksi 4,9 persen – 5,3 persen (yoy) atau sedikit melambat dibandingkan pertumbuhan tahun 2016 sebesar 5,18 persen (yoy).
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur pada triwulan II 2017 mengalami peningkatan jika dibandingkan triwulan I 2017, namun sedikit melambat jika dibandingkan triwulan II 2016.
Pertumbuhan ekonomi terutama didorong oleh konsumsi rumah tangga seiring adanya gaji ke-14 bagi PNS dalam rangka tunjangan Hari Raya Idul Fitri 1438 Hijirah serta pembentukan modal tetap bruto (PMTB) seiring realisasi investasi pembangunan infrastruktur/bangunan oleh pemerintah.
Secara tahunan, pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT triwulan II 2017 mencapai 5,01 persen (yoy) atau meningkat dibandingkan triwulan I 2017 yang sebesar 4,98 persen (yoy) dan melambat dibandingkan periode yang sama tahun 2016 yang tumbuh 5,35 persen (yoy).
“Pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT tercatat sama dengan nasional yang sebesar 5,01 persen (yoy). Adapun total PDRB Provinsi NTT pada triwulan I 2017 mencapai Rp 22,25 triliun,” demikian Petrus Endria Efendi.