
LOMBOKita – Kelompok nelayan Lombok Utara Provinsi Nusa Tenggara Barat mengeluhkan proyek pembangunan jaring apung bernilai miliaran rupiah di daerah tersebut yang kini masih mangkrak.
“Proyek jaring apung itu mangkrak sejak diserah-terimakan tiga tahun yang lalu. Bahkan, keramba itu sudah dibuang oleh nelayan ke semak-semak sekitaran pantai Medana,” ucap Nasrun, salah seorang Kelompok Jaring Apung Nelayan Desa Medana Kecamatan Tanjung Kabupaten Lombok Utara.
Menurut Nasrun, kondisi jaring apung bantuan pemerintah daerah setempat tahun 2014 lalu saat ini sudah tidak karuan jantrungnya.
Sejak pertamakali diterima, kata Nasrun, keramba jaring apung tersebut pernah digunakan sekali saja oleh kelompok nelayan untuk memelihara ikan jenis bawal bintang.
“Kita gunakan dulu karena difasilitasi oleh pemerintah daerah untuk budidaya ikan bawal bintang,” katanya.
Para nelayan waktu itu, tutur Nasrun, merugi terlalu besar, lantaran harga bibit ikan terlalu mahal, sementara harga jual sangat murah. “Harga bibit ikan bawal itu Rp15.000 per ekor, kami hanya bisa menjualnya kisaran Rp5000 per ekor,” cetus Nasrun.
Karenanya, warga nelayan masih trauma karena kerugian tersebut dan enggan untuk melanjutkan memelihara ikan bawal bintang seperti yang diinginkan pemerintah daerah.
Warga Lombok Utara khususnya kalangan nelayan, menurut Nasrun, menginginkan pemberian bantuan yang berdampak positif bagi peningkatan perekonomian dan kesejahteraan. Soal untung-rugi, tambahnya, hal biasa dalam usaha.
“Kalau soal untung-rugi sudah biasa dalam usaha, tetapi ini meruginya dari awal panen, dan nilai kerugian juga cukup besar sehingga masyarakat langsung kapok melanjutkan usaha itu lagi,” tandasnya.
Nasrun berharap, pemerintah daerah lebih memikirkan kemaslahatan masyarakat daripada untuk dalam proyek bantuan yang pada akhirnya juga akan menjadi proyek mubazir.